Arsitektur
Bangunan istana terlihat memiliki langgam arsitektur imperial (indische dutch colonial) yang populer di tahun 1890-1915. Langgam imperial dapat ditandai dari beberapa ciri antara lain: desain tiang-tiang beton berbentuk persegi, penggunaan teras di sekeliling bangunan, bentuk yang simetris penuh, penggunaan atap yang didominasi bentuk segitiga (gevel roof), penggunaan konstruksi ventilasi pada atap, serta bangunan dapur di bagian belakang yang terpisah dari bangunan utama.
Struktur bangunan terbagi atas dua, yakni struktur bagian bawah terbuat dari bahan beton bertulang, yang terdiri dari pondasi, plat lantai, maupun tiang-tiang penyangga yang berukuran besar. Sementara itu, struktur bagian atas sebagian terbuat dari bata merah yang diplester dan sebagian lainnya terbuat dari bahan kayu yang disambung dengan teknik pasak mulai dari lantai 2 hingga ke lantai 4. Kayu-kayu ini awalnya dibawa dari semenanjung Malaya, tetapi kemudian diganti oleh pemerintah dengan kayu-kayu lokal yang berkualitas pada pemugaran di tahun 1980-an.
Penerapan Warna
Dalam pemakaian warna, Istana Niat Lima Laras menggunakan beberapa varian warna. Warna kuning dominan digunakan pada ornamen tiang, ornamen tangga dan bangunan cungkup, sedangan warna merah banyak digunakan pada kusen pintu dan jendela, daun jendela, tangga, pintu, dan teras. Adapun warna hijau pada umumnya digunakan pada daun jendela, dinding, dan ornamen teras yang berfungsi sebagai dinding, selain itu warna abu-abu hanya digunakan pada plafon dan lisplang secara keseluruhan.
Filosofi dalam penggunaan warna-warna tersebut bisa dijelaskan sebagai berikut:
1. Merah, dimana pada warna ini melambangkan kepahlawan dan keberanian, taat dan setia. dalam hal ini dapat ditujukan bagi kepemimpinan dalam suatu kerajaan melayu.
2. Kuning, pada umumnya sering digunakan sebagai warna ornamen Melayu. Warna kuning ornamen Melayu pada bangunan Istana Lima Laras, Mesjid maupun rumah penduduk di Batu Bara ini melambangkan kemegahan dan kesuburan dan kemakmuran dalam hidup.
3. Hijau, Warna ini pada umumnya sering digunakan pada latar ornamen. Warna hijau melambangkan warna identik agama Islam. Sehingga warna hijau selalu digunakan pada bangunan bernuansa Islam. seperti warna yang ada di Istana Lima Laras.
4. Putih, Warna ini melambangkan kesucian, dalam menjalankan tugas sangat dibutuhkan kejujuran dan agar terhindar dari kekerasan.
5. Keemasan, lambang kejayaan dan kemegahan. Warna ini dahulu di pakai oleh raja yang sedang berkuasa
6. Coklat, mempunyai makna melambangkan penghulu istana dan bangsawan dan merupakan lamnbang ketaatan dan kepatuhan terhadap tugas serta amanah yang diberikan oleh raja.
Ragam Hias/Ukiran
Secara keseluruhan dinding bangunan terbuat dari papan sebagian ukiran pada dinding bagian atas. ukiran yang berada pada bangunan istana ini adalah geometris dan floralistid yang distrilir. Ukiran ini terdapat pada dinding, kisi-kisi, dinding teras, lisplang dan pilar-pilar tangga.
Ukiran Senar Biola:
Ukiran pada plafon dan lisplang ada yang berbentuk seperti susunan senar biola. Pola ukirannya berbentuk lengkungan yang terbuka, dan dipadukan dengan bentuk biola.
Ukiran Bunga Susun Kelapa:
Bermakna simbolis sebagai bentuk keikhlasan dari sang pemiliki rumah.
Ukiran Ricih Wajik:
Polanya sepeti wajik, makanan yang berasal dari pulut. Biasanya, ragam hias ini berwarna keemasan yang menjadi warna kebesaran Melayu. Selain itu, di sini pulut juga disimbolkan sebagai sebuah lambang pemersatu masyarakat Melayu. Jenis ukiran ini terdapat pada bagian ventilasi.
Ukiran Bunga Cengkeh:
Tanaman rempah juga menginspirasi masyarakat Melayu dalam seni ukir. Misalnya cengkeh. Jenis ukiran berbentuk bunga cengkeh melambangkan keteguhan dan kerja keras, yang berarti sesuatu yang biarpun terlihat kecil, namun terkadang dapat memberikan sebuah manfaat yang besar.
Ukiran Jantung Pisang:
Ketika jantung pisan dibelah, terdapat bagian yang beruas, dan terlihat ke atas. Motif inilah yang disebut sebagai Jantung Pisang. Ada juga yang menyebutnya dengan nama Pucuk Rebung. Ukiran jenis ini, memiliki makna kesuksesan, kerja keras, dan memiliki tekad hidup yang tinggi.
Ukiran Jagung Tunggal:
Jagung adalah makanan pengganti ketika sulit mendapatkan nasi. Motif ini juga memberi warna dan keunikan tersendiri bagi hiasan yang ada di Istana Lima Laras. Jenis ukiran ini melambangkan kebermanfaatan, dan kerja keras dalam hidup.
Ukiran Labah Bergayut:
Ukiran Lebah Bergayut Tunggal motifnya berbentuk seperti sarang lebah yang bergantung pada sebuah dahan pohoh. Ragam hias ini bermakna akan keteguhan hati dan kuatnya sebuah pendirian.
Semua ukiran tersebut melengkapi keindahan seni ukir dalam ornamen khas Melayu pada Istana Niat Lima Laras yang masih dapat dilihat sampai sekarang.
0 Komentar