Bangunan Atap
1. Atap Limas, melambangkan bahwa orang Melayu dahulu ketika membuat bangunan juga dipengaruhi oleh atap bangunan Eropa, agama Hindu dan Budha.
2. Atap lontik. Istilah atap lontik menunjukkan bahwa atap yang kedua ujung perabungnya melentik ke atas, dan itu melambangkan bahwa pada awal dan akhir hidup manusia akan kembali kepada sang penciptanya. Sedangkan lekukan pada pertengahan perabungnya melambangkan lika-liku kehidupan yang kadang kala penuh dengan suka dan duka.
3. Atap kajang, bentuk atap ini berfungsi sebagai tempat berteduh dari hujan dan panas. Atap kajang bermakna hendaknya sikap hidup orang Melayu dapat menjadi nanungan bagi keluarga dan masyarakat.
Selembayung
Selembayung juga diistilahkan Sulo Bayung atau Tanduk Buang. Ketiga istilah tersebut digunakan untuk mengatakan hiasan yang terletak bersilang pada kedua ujung perabung, bangunan belah bubung dan rumah lontik. Pada bagian bawah terkadang diberi pula hiasan tambahan seperti tombak terhunus, menyambung kedua ujung perabung (tombak-tombak). Dalam selembayung itu pula terdapat beberapa makna simbol antara lain:
1. Tuah Rumah, melambangkan bahwa bangunan tersebut mendatang tuah (keuntungan) bagi penghuninya.
2. Pekasih Rumah, melambangkan adanya keserasian dalam kehidupan rumah tangga si penghuninya.
3. Selambayung daun-daun atau bunga, melambangkan kasih sayang, perwujudan, mengerti adat, sedar diri dan keserasian dalam keluarga penghuninya.
4. Tajuk Rumah, istilah tajuk rumah digunakan untuk lambang yang ada di depan Istana Niat Lima Laras dengan tujuan untuk membangkitkan seri dan cahaya rumah bagi penghuninya.
5. Tangga Dewa, melambangkan tempat turun para dewa, mambang akuan, soko, keramat dan perspektif terhadap keselamatan manusia dan bagi penghuninya.
6. Selembayung Tombak, melambangkan keperkasaan dan wibawa pemilik dan penghuni rumah, dan melambangkan keturunan dalam rumah tangga.
7. Istana Adat, melambangkan bangunan tersebut adalah tempat kediaman bangsawan dan petinggi-petinggi adat.
8. Pasak Atap, pasak atap terdapat di berbagai sudut atas Istana Niat Lima Laras yang melambangkan sikap hidup yang sedar diri.
Tiang
Dalam budaya Melayu biasanya rumah adat memiliki tiang sebanyak 24 buah, dan didirikan dalam 6 (enam) baris dan masing-masing 4 (empat) buah tiang termasuk tiang seri. Dari setiap tiang memiliki makna;
1. Tiang Seri, melambangkan empat penjuru mata angin (Barat, Timur, Selatan dan Utara) dan melambangkan datuk berempat atau induk berempat.
2. Tiang Tua, melambangkan tuah (keberuntungan) rumah dan melambangkan kepemimpinan, baik kepemimpinan bangunan, pimpinan keluarga dan juga masyarakat.
3. Tiang Tengah, melambangkan penengah dan terletak di antara tiang tua dan tiang seri.
4. Tiang penghulu, melambangkan bahwa rumah itu didirikan menurut ketentuan adat istiadat dan sekaligus melambangkan bahwa kehidupan di dalam keluarga wajib disokong oleh anggota keluarga lainnya.
5. Tiang dua belas, mengisyaratkan bahwa tiang gabungan dari empat buah tiang seri, empat buah tiang tengah, dua buah tiang tengah, satu buah tiang penghulu, dan satu buah tiang bujang
6. Tiang bujang, tiang yang dibuat khusus di bagian tengah bangunan induk, tidak bersambung dari lantai sampai ke loteng atau alangnya, tiang ini melambangkan kaum kerabat dan anak istri penghuninya.
Pintu
Dalam budaya Melayu penyebutan pintu juga diistilahkan dengan lawang atau ambang, pintu masuk di bagian muka disebut ambang muka, sedangkan pintu di bagian belakang disebut ambang dapur.
Tanggga
Istana Niat Laras memiliki beberapa tangga. Tangga terdiri tangga depan, tangga di bagian tengah dan tangga di bagian belakang. Tangga yang ada di Istana Niat Lima Laras melambangkan keagungan, kebesaran. Tangga diidentikkan dengan kemegahan sebuah bangunan
0 Komentar